search
Sekolah Di Jepang

OHM Studi Jepang: Pendaftaran, Informasi & Konsultasi Sekolah ke Jepang

Life at Ehle

Date: February 23, 2018 Categories: Studi di Jepang Tags:

Story of Mr. T

~story from senmongakkou at Osaka~

こんにちは ~

Mr. T akan membagi ceritanya tentang kehidupan beliau saat mengikuti senmongakkou di Ehle Gakuen.

Jurusan: International Business

Program: Dual Business

Periode: 1 tahun.

Semoga cerita beliau dapat menjadi referensi bagi kita semua.

 

学校雰囲気

Ehle Gakuen merupakan salah satu sekolah bahasa Jepang yang cukup populer di Osaka, dan terdapat juga sekolah persiapan masuk Universitas yang membimbing pelajar masuk ke Universitas ternama. Selain itu, Ehle memiliki Vocational School (senmon gakkou) dengan jurusan International Business dan International yang menyiapkan pelajarnya untuk bekerja di Jepang.

Suasana di sekolah ini terbilang tidak berbeda dengan sekolah lain, dan terletak cukup terpisah dari keramaian meski berada di dekat pusat kota Namba. 70% pelajar berasal dari Vietnam, 20% berasal dari China, dan sisanya berasal dari Korea, Taiwan, Asia Selatan, Indonesia dan lainnya.

Pengajar terutama di senmon gakkou adalah pengajar profesional yang tidak berafiliasi dengan Ehle Gakuen. Mereka adalah professional di bidang pekerjaannya dan atau telah pensiun kemudian membagi ilmu dan pengalaman mereka kepada siswa. Staf yang terkait dengan pendidikan pelajar cukup ramah dalam membantu siswa meski hal yang sama tidak bisa dikatakan pada staf bidang umum.

Nakama atau teman sekelas dari Mr. T cukup beragam di mana mayoritas adalah Vietnamese kemudian Korean, Chinesse serta Indonesian. Suka dan duka tidak bisa dibilang dibagi bersama, karena pada program ini individualisme dalam mencari pekerjaan sangat diutamakan. Meski demikian, banyak kesamaan yang dimiliki seperti, merasa bosan pada pelajaran tertentu, lelah menjalani pencarian kerja, ketidak-puasan terhadap berbagai hal. Nomikai pun cukup sering dilakukan bersama.

Program dual business merupakan program persiapan pencarian kerja yang lamanya hanya 1 tahun, berbeda dengan program lain yang lamanya adalah 2 tahun. Program ini tidak akan menerima sertifikat senmonshi karena hanya satu tahun. Ini dikarenakan program ini fokus pada pencarian kerja pelajar, di mana mereka bisa berhenti sekolah dan langsung bekerja begitu diterima tanpa perlu menunggu kelulusan.

Biaya SPP di senmon gakkou cukup mahal sekitar 30% lebih tinggi dari sekolah bahasa Jepang.

Mr. T sendiri karena memiliki hasil tes TOEIC yang cukup maka mendapatkan potongan yang lumayan sekitar \100.000 lebih besar bila dibanding dengan potongan \70.000 bagi yang telah lulus N1.

出席

Sekolah di Jepang sangat menitik-beratkan pada persentase absensi dari siswa, berbeda dengan di Indonesia yang mengukur segala sesuatu dengan nilai tugas/ ujian. Hal-hal remeh yang dapat menjadi alasan untuk absen sakit di Indonesia tidak berlaku di sini. Seperti, demam, sakit perut, luka, dsb tetap akan dihitung alpa kecuali sakit yang mewajibkan Anda untuk ke klinik dan melampirkan surat pengantar dari dokter untuk melaporkan sakit Anda. Hal-hal yang tidak bisa dihindari macam bertemu saudara dari jauh, pindah rumah dsb juga dianggap alpa. Hal-hal khusus macam menghadiri event seperti seminar kerja atau wawancara kerja diperbolehkan dan terhitung menghadiri kelas. Apabila siswa tidak memenuhi persentase absensi yang ditentukan maka siswa tersebut bisa saja, tidak memenuhi persyaratan untuk dinilai (otomatis D), tidak bisa mengikuti Internship, atau tidak bisa lulus. Di Jepang, terlambat dianggap sebagai alpa, namun absensi dihitung bukan per hari, melainkan per jam pelajaran (bukan per mata pelajaran).

授業

Pelajaran yang diterima oleh Mr. T terbilang sangat advanced bila dibandingkan dengan pelajaran di sekolah bahasa Jepang. Sesuai dengan jurusan yang diambil yakni International Business, mata pelajaran spesialis pun cukup banyak, di antaranya trade affairs, business English, strategy management, business Japanese yang semuanya diajarkan oleh para ahli. Terkecuali guru bahasa Jepang, semua guru mata pelajaran terbilang kibishikunai, karena mereka tahu yang menjadi siswa senmongakkou adalah orang yang dewasa yang tentu paham akan konsekuensi bila tidak berperilaku dewasa dalam dan terhadap pelajaran. Berbeda dengan guru bahasa Jepang yang selalu berhadapan dengan remaja yang masih kurang dewasa atau tidak serius dalam menghadapi pelajaran. Pelajaran yang paling menarik dan mungkin paling bermutu adalah Shuushoku Semi, dimana diajarkan bagaimana menghadapi dunia pencarian kerja di Jepang, dan dunia kerja Jepang itu sendiri.

Internship

Internship dari Ehle Gakuen adalah program kerja magang di perusahaan yang hasilnya dapat dipergunakan kelak dalam pencarian/ dunia kerja atau bahkan bila memberi kesan yang baik maka akan langsung diterima kerja oleh perusahaan yang menerima magang tersebut.

Program Internship diadakan tiga kali seminggu dengan jam yang sama dengan jam sekolah (bisa disesuaikan) yakni 09:00 ~ 14:30. Tiga hari sekolah yang berisi mata pelajaran macam bahasa Jepang, TOEIC diganti menjadi hari Internship, dan waktu ke sekolah pun menjadi dua kali seminggu saja. Internship ini merupakan program pengalaman kerja di mana tidak memperoleh upah tetapi uang transpor diganti oleh perusahaan, namun patokan penggantiannya adalah lewat sekolah menuju tempat magang bukan rumah menuju tempat magang yang berarti penggantian bisa lebih rendah dari yang dihabiskan.

Periode Internship umumnya adalah tiga bulan dan bisa diperpanjang tergantung impresi perusahaan terhadap Intern. Perusahaan untuk Internship cukup banyak dan bisa dipilih mana yang dirasa paling cocok, namun keputusan akhir bukan di tangan anda, karena harus menyesuaikan dengan kondisi dan situasi dari perusahaan. Anda bisa berakhir dengan perusahaan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan namun kondisi dan situasi perusahaan itu sangat cocok dengan kondisi kemampuan anda.

Mr. T. sendiri memilih hotel sebagai tempat magang dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Dan sesuai dengan yang diharapkan, tempat Internship dari beliau adalah hotel. Namun, meski sudah mendapat tempat yang diharapkan, detail kerja atau tanggung jawab yang diinginkan tidaklah selalu sesuai dengan harapan. Meski demikian, tetap selalu ada yang bisa diambil hikmah dari setiap kesempatan yang diperoleh, always be positive!

課外授業 ・ イベント

Atau aktivitas yang dilakukan di luar kelas. Aktivitas ini mirip dengan darmawisata, Mr. T tidak hanya teman sekelasnya tapi bersama dengan kelas dari jurusan lain yang masuk di tahun yang sama (sekitar 200 orang), berkesempatan mengunjungi Arashiyama, Kyoto di awal musim dingin.

Selain itu, ada juga event yang diselenggarakan oleh sekolah di antaranya, festival pertukaran budaya (kouryuusai) dan festival olahraga (taiikusai). Kouryuusai mirip dengan bunkasai yang dilakukan di kampus-kampus Indonesia, tapi lebih menekankan pada pertukaran atau pengenalan budaya dari negara asal para pelajar. Umumnya pelajar dibagi per kelompok dan kemudian memilih menampilkan budaya atau kuliner dari negara mereka. Mayoritas memanfaatkan kesempatan ini dengan membuka booth yang menjual makanan lokal, tapi ada juga yang mengenalkan permainan lokal negara mereka dengan memberikan hadiah bagi pemenang. Mr. T bersama program dual tidak berpartisipasi tapi mengunjungi berbagai booth yang ada pada festival. Seperti yang dituliskan di atas bahwa mayoritas pelajar dari sekolah ini adalah Vietnam, 70% isi booth pun diisi dengan budaya kuliner dari Vietnam. Bagi Mr. T sendiri pemenang festival ini adalah booth yang menjual masakan Indonesia (bias).

就活

Pencarian kerja adalah hal utama atau fokus dari program yang diambil oleh Mr. T. Di sini jas bagaikan kulit kedua dikarenakan menjadi pakaian wajib dari semua aktifitas dalam shuukatsu. Sebelumnya Mr. T sudah menyiapkannya dari Indonesia, namun jas tersebut bukanlah jas yang cocok atau jenis jas yang ditentukan dalam pencarian kerja, yakni recruit suits, sebuah jas hitam polos resmi lengkap dengan dasi polos serta tas kerja beserta sepatu kulit hitam yang nantinya menjadi seragam bagi semua pencari kerja.

Setelah seragam sudah oke, dilanjutkan dengan mendalami etiket pencarian kerja seperti cara memberi salam, tutur kata dan gerak tubuh. Setelah itu tentunya penulisan CV yang sesuai dan tepat sasaran. Dalam proses lamaran, pihak perusahaan sama sekali tidak tahu akan diri kita dan hanya dapat menilai lewat CV yang ditulis. Bagi pelajar asing, meskipun merupakan lulusan universitas ternama di Indonesia tidak akan ada pengaruh bagi pihak perusahaan karena mereka sama sekali tidak tahu (kecuali kalau kalian lulusan universitas Jepang atau barat), oleh karena itu yang memberi kesan atau poin PR adalah pada bagian pengenalan diri dan motivasi pelamar. Dengan penulisan yang baik dan menarik, maka akan menarik perhatian dari perusahaan untuk memanggil pelamar untuk wawancara. Mr. T sendiri berulang kali menulis kembali CV untuk disesuaikan dengan visi dan misi perusahaan serta tipe karakter yang diinginkan oleh mereka.

Sekolah bersikap toleran bagi mereka yang sedang melakukan pencarian kerja. Pelajar bisa bebas pergi ke acara seminar perusahaan atau wawancara tanpa takut dikenai absen, namun tentunya harus memberitahu sekolah terlebih dahulu lewat formulir pengajuan izin absen dari pelajaran. Perlu diingat, berbeda dengan Indonesia di mana kelulusan seseorang itu sangat bergantung pada nilai hasil ujian akhir atau nilai harian dan sebagainya, Jepang lebih menekankan pada tingkat kehadiran, dan ini sangat berpengaruh saat dilakukan pengajuan perpanjangan visa dan atau penggantian visa pelajar ke visa kerja.

感想

Tentunya banyak suka duka yang dialami oleh Mr. T selama bersekolah di Ehle. Not bad lah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Studi di Jepang TOP10

Sorry. No data so far.

Blog Category

Blog Archive